Untung Rugi Jual Beli Mata Uang Asing Saat Rupiah Melemah

Ketika nilai rupiah melemah, banyak orang mulai mempertimbangkan untuk membeli mata uang asing sebagai langkah proteksi atau investasi. Tapi apakah keputusan ini selalu menguntungkan? Di satu sisi, kamu bisa mendapat keuntungan jika nilai tukar kembali menguat. 

Di sisi lain, risiko fluktuasi dan biaya tersembunyi bisa bikin rugi. Artikel ini bakal bahas secara detail untung rugi beli mata uang asing saat rupiah anjlok, plus strategi yang bisa kamu terapkan.

1. Peluang Keuntungan dari Selisih Nilai Tukar

Saat rupiah melemah, nilai mata uang asing seperti dolar AS atau Euro cenderung menguat. Jika kamu membeli valas di saat kurs rendah dan menjualnya ketika rupiah semakin terdepresiasi, kamu bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga. Misalnya, beli dolar saat kurs Rp15.000, lalu jual saat Rp16.000, kamu untung Rp1.000 per dolar.

Namun, perlu diingat bahwa pasar valas sangat fluktuatif. Faktor seperti kebijakan bank sentral, inflasi, dan kondisi geopolitik bisa memengaruhi pergerakan kurs. Jadi, meski ada peluang untung besar, risikonya juga sangat tinggi.

2. Risiko Kerugian Akibat Fluktuasi Kurs yang Tak Terduga

Tidak semua transaksi jual beli valas berakhir untung. Jika rupiah tiba-tiba menguat setelah kamu membeli mata uang asing, nilai investasimu bisa turun. Contohnya, kamu beli dolar di Rp16.000, tapi beberapa hari kemudian kurs berbalik jadi Rp15.500, artinya kamu rugi Rp500 per dolar jika terpaksa menjual.

Selain itu, biaya transaksi seperti spread (selisih harga jual-beli) di money changer atau platform forex bisa menggerus keuntungan. Makin sering kamu bertransaksi, makin besar biaya yang harus dikeluarkan.

3. Jual Beli Valas untuk Diversifikasi Portofolio

Menyimpan sebagian dana dalam mata uang asing bisa menjadi cara untuk diversifikasi portofolio. Ketika aset lain seperti saham atau obligasi sedang turun, valas mungkin justru stabil atau malah naik. Beberapa investor menggunakan valas sebagai hedging (lindung nilai) saat kondisi ekonomi tidak menentu.

Tapi, diversifikasi harus dilakukan dengan bijak. Jangan sampai terlalu banyak dana teralokasi ke valas sehingga likuiditasmu terganggu. Idealnya, alokasikan hanya 10-20% dari total portofolio untuk valas.

4. Alternatif Jual Beli Valas Tanpa Memegang Fisik

Jika kamu ingin terlibat dalam pasar valas tanpa harus repot menyimpan uang fisik, ada beberapa instrumen yang lebih aman seperti reksadana pasar uang atau ETF valas. Produk-produk ini dikelola oleh manajer investasi profesional, sehingga cocok untuk pemula yang belum berpengalaman.

Perlu diingat, jangan pernah menggunakan cicilan dan pinjaman online untuk modal trading valas. Trading valas memiliki risiko tinggi dan fluktuasi yang tidak terduga. Jika sampai menggunakan uang pinjaman, kamu justru bisa terjebak utang ketika pasar bergerak berlawanan. Sebagai alternatif, jika memang membutuhkan dana darurat, pastikan pinjaman online digunakan untuk kebutuhan produktif yang jelas, bukan untuk spekulasi finansial.

Misalnya, saat menghadapi biaya medis darurat sebelum klaim asuransi cair, pinjaman online bisa menjadi penyelamat. Atau bagi pelaku usaha dropshipping, pinjaman bisa digunakan untuk membayar supplier ketika ada order besar namun pembayaran dari marketplace belum diterima. Contoh lainnya adalah ketika freelancer perlu memperbaiki atau mengganti peralatan kerja penting seperti laptop yang rusak agar bisa tetap produktif.

Jika memang harus menggunakan pinjaman online, pastikan jumlah cicilannya tidak melebihi 30% dari penghasilan bulananmu. Cari yang memberikan biaya transparan seperti Kredivo. Kamu bisa pinjam dengan bunga kompetitif mulai dari 1.99% per bulan. Lain hal jika untuk belanja kamu bisa manfaatkan cicilan tanpa bunga tenor 3 bulan khusus member Premium dengan limit pinjaman hingga Rp50 juta. Jika tertarik, tinggal daftar saja secara daring lewat aplikasi resmi Kredivo

5. Tips Aman Jual Beli Mata Uang Asing Bagi Pemula

Bagi yang baru mulai, pilih mata uang dengan likuiditas tinggi seperti dolar AS, euro, atau yen Jepang. Hindari mata uang negara dengan perekonomian tidak stabil karena risikonya lebih besar.

Selalu pantau perkembangan ekonomi global, seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS atau kondisi politik di Eropa. Manfaatkan aplikasi finansial untuk memantau kurs secara real-time. Jangan terburu-buru melakukan transaksi besar; lakukan secara bertahap untuk meminimalkan risiko.